Senin, 31 Juli 2023 – 14:24 WIB
VIVA Dunia – Israel dikabarkan akan membangun perluasan rel yang menghubungkan kota-kota terpencil ke Tel Aviv, dan berencana untuk menghubungkan negara itu ke Arab Saudi, ujar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pidatonya.
Baca Juga :
Jemaah Haji Asal Jombang Meninggal Dunia di Tanah Suci Bertambah
Netanyahu mengatakan dalam pidatonya, bahwa proyek yang dinamakan One Israel Project atau Proyek Satu Israel akan dirancang untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pusat pemerintahan dan bisnis negara menjadi kurang dari dua jam.
“Saya ingin menambahkan bahwa di masa depan kami juga akan dapat mengangkut kargo dengan kereta api dari Eilat ke Mediterania kami, dan juga akan dapat menghubungkan Israel dengan kereta api ke Arab Saudi dan semenanjung Arab,” katanya dalam sambutan yang disiarkan televisi, mengutip Times of Israel, Senin, 31 Juli 2023.
Baca Juga :
Kesaksian Warga Sebelum Mobil Rombongan Keluarga Hancur Tertabrak Kereta Api Dhoho di Jombang
VIVA Militer: Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu
Eilat adalah kota paling selatan negara itu dan pelabuhan yang sibuk di titik utara Laut Merah. Jalur kereta api utara-selatan berkecepatan tinggi akan siap dalam 10 tahun ke depan, menurut kementerian keuangan Israel.
Baca Juga :
Cerita Haru Petugas Kesehatan Indonesia Melayani Tamu Allah di Tanah Suci
Pemerintah Israel sebenarnya telah menyetujui prakarsa transportasi serupa pada tahun 2010, tetapi hanya sedikit kemajuan yang dicapai.
Pengumuman proyek kereta api, yang diperkirakan akan menelan biaya 100 miliar shekel (US$27 miliar atau Rp407 trilun), dibuat hanya beberapa hari setelah pejabat AS melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk memajukan pembicaraan guna menormalkan hubungan antara Israel dan Riyadh.
Halaman Selanjutnya
Sebelumnya pada hari Minggu, seorang anggota parlemen senior Israel mengatakan bahwa normalisasi tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. “Saya pikir masih terlalu dini untuk berbicara tentang kesepakatan yang sedang dikerjakan,” kata Yuli Edelstein, kepala komite urusan luar negeri dan pertahanan parlemen Israel, kepada Radio Angkatan Darat Israel.